Semua orang mengakui, guru memegang kunci utama sukses tidaknya pembelajaran di sekolah. Dulu, perilaku guru bagaikan mega bintang yang akan menjadi idola siswanya dan masyarakat di sekitarnya dalam berbagai hal. Guru bagaikan manusia yang berjiwa agung. Seperti yang dilukiskan oleh Earl V Pullias dan James D Young yang dikutip oleh Widiyastono tentang pandangan masyarakat terhadap guru, yaitu manusia yang serba tahu, serba bisa dan memiliki wibawa tinggi. Guru di masa lalu dinilai memiliki kualitas, berkarakter, mempunyai semangat berkorban untuk masyarakat, dan umumnya dikenal mampu membimbing masyarakat.
Bagaimana dengan guru saat ini ? Apakah kita para guru tidak tergugah dan berusaha untuk merubah citra negatif tersebut menjadi positif terhadap profesi kita? Atau, hanya berlindung dari belas kasihan orang-orang terhadap profesi kita ? Mari kita tinjau kembali keberadaan kita, sebagai guru dan citra kepribadiannya !
Citra Kepribadian Guru
1. Memunculkan kembali kesadaran diri, Siapakah kita guru itu ?
Guru adalah profesi yang dikenal sebagai pemberi keterangan, penjelas, pendidik, pembimbing, contoh, yang dapat memberi perubahan bagi anak didik kearah yang lebih baik dari segala dimensi, yang mampu mengembangkan beragam sisi kecerdasan dan akhlak sebagai pembentuk karakter dan kepribadian anak. Disini guru yang cerdas dan memiliki karakter serta kepribadian dengan berbagai kecakapan menjadi tuntutan utama.
Sebagai seorang pendidik dalam kesehariannya guru dituntut untuk selalau memiliki kesadaran diri akan profesi yang diamanahkan. Sosok pribadi guru harus dapat menjadi teladan bagi anak didik dan lingkungan. Perilaku mereka akan selalau menjadi sorotan masyarakat. Sedikit saja cacat dalam berperilaku akan menjadikan berita besar yang dapat mencoreng citra kependidikan secara luas. Citra diri guru dengan karakter dan kepribadian guru.
2. Apa Kepribadian Itu
Dalam pembicaraan sehari-hari sering kita jumpai beberapa ucapan-ucapan yang membuat kita menafsirkan bermacam-macam arti kepribadian.
Contoh : a. Sebagai atasan dia mempunya kepribadian.
b. Menurut Anda bagaimana kepribadian itu ?
Pada contoh a kata kepribadian dapat diartikan sebagai kewibawaan sedangkan pada contoh b dapat diartikan sebagai sifat-sifat dari seseorang.
Menurut G.W. Allport, kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari system psikofisik yang menentukan penyesuaian diri yang unik terhadap lingkungannnya. Dengan demikian kita dapati gambaran bahwa kepribadian itu adalah keadaan dalam diri seseorang yang menentukan bagaimana penampilannya atau tingkah lakunya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3. Bagaimana kepribadian itu berkembang ?
Ada beberapa faktor yang menentukan perkembangan kepribadian, yaitu :
* Faktor bawaan
Unsur itu terdiri dari bawaan genetic yang menetukan ciri primer (warna, mata, kulit dan sebagainya) selain itu juga kecendrungan-kecendrungan dasar, misalnya kepekaan, penyesuaian diri dan lain-lain.
* Faktor lingkungan
Faktor linmgkungan seperti keluarga, sekolah aatau lingkungan social/budaya, seperti teman, guru, dan sebagainya dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
* Interaksi bawaan dan lingkungan
Interaksi yang terus menerusantara bawaan serta lingkungan menyebabkan timbulnya AKU/DIRIKU dalam seseorang.
4. Mengenal Siapa Saya ?
Pengertian mengenai bagaimana pribadi itu terbentuk dan berkembang serta menganai pribadi diri sendiri merupakan dasar untuk mengatahui apa yang kita kehendaki dalam kehidupan ini maupun dalam pekerjaan kita dan untuk mengenal pribadi orang lain.
Sering kali kita ditanya : Siapa Anda? Maka kita cenderung menyebutkan fakta-fakta nyata mengenai diri kita sendiri, misalnya : nama, alamat, pekerjaan, dsb. Yang sering terlupakan adalah fakta-fakta yang menyangkut Siapa Saya menurut pikiran saya, misalnya :
- Saya ramah
- Saya gemuk
- Saya kurang menarik
- Saya cantik
Kenapa hal seperti ini sering terlupakan ?
Pada umumnya kita sering tidak memikirkan mengenal keadaan diri kita atau sifat-sifat kita, kalau kita tidak berpikir kesana, karena kita kurang mengenal diri kita sendiri.
5. Mengapa kita harus mengenal diri kita sendiri ?
- Untuk mengetahui identitas diri
- Untuk mengetahui bagaimana persepsi tentang diri sendiri sehingga tidak dipengaruhi oleh pikiran orang lain mengenai diri Anda.
- Untuk mengetahui rencana, kemauan dan tujuan kita dalam hidup ini.
6. Bagaimana saya, menurut pikiran saya dapat mempengaruhi :
- tutur kata
- tingkah laku
- cara berpikir
- cara berpakaian/penampilan dsb.
7. Analisa siapa saya dan siapa saya menurut pikiran saya penting karena :
- melalui analisis ini seseorang dapat mengetahui mengenai dirinya sendiri
- melalui analisis ini seseorang dapat mengetahui apa yang dia kehendaki
- melalui analisis ini seseorang dapat mengetahui kelebihan dan kelemahannya dan bagaimana mengembangkan aspek-aspek diri itu
- menampilkan gaya hidup yang sesuai dengan konsep dirinya
- menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang berarti penyesuaian yang khas.
8. Tanggung Jawab Pribadi
Anda mempunyai tanggung jawab pribadi jika anda percaya bahwa hasil perbuatan anda itu ditentuykan oleh factor-faktor di dalam diri anda sendiri. Misalnya : Keberhasilan Anda dalam mendapatkan pekerjaan sebagai guru disebabkan karena kemauan Anda bukan karena factor keberuntungan atau koneksi.
Tingkah laku Anda sangat menunjukkan apakah Anda seseorang yang mempunyai rasa tanggung jawab pribadi yang tinggi.
A. Ciri khas orang yang mempunyai tanggung jawab pribadi yang tinggi :
§ Mengerjakan pekerjaan yang diberikan kepadanya secara tuntas
§ Selalu berusaha menghasilkan yang terbaik
§ Merasa bertanggung jawab atas semua yang dihasilkannya baik yang buruk atau yang jelek
§ Sering menyalahkan diri, kalau ada hal-hal yang salah
B. Ciri khas dari orang yang tidak mempunyai rasa tangggung jawab yang tinggi :
§ Santai
§ Sering tidak megerjakan suatu pekerjaan secara tuntas
§ Hal-hal yang sedang terjadi sering dilioha sebagai akibat dari keadaan dibanding tindak-tanduk sendiri.
Berkembangnya rasa tangggung jawab pribadi disebabkan sebagian kecil oleh factor bawaan dan sebagian dari factor lingkungan pendidikan dan lingkungan rumah.
9. Interpersonal Skill (Kemampuan berinteraksi antar individu)
Lincahnya kita dalam pergaulan atau baiknya kehidupan pergaulan kita (social life) belum berarti bahwa kita mempunyai keluwesan dalam bergaul. Memang biasanya orang yang luwes dalam bergaul lebih mudah lagi meningkatkan kemampuannnya untuk berinteraksi dengan individu-individu yang dijumpai baik dalm kehidupan pribadi maupun di lingkungan pekerjaan.
10. Bagaimana kemampuan Anda berinteraksi dengan individu lain ?
Cobalah Anda berpikir sejenak dan menilai kembali bagaimana biasanya interaksi Anda dengan orang lain, baik itu guru, saudara, teman, kenalan, atau orang lain di lingkungan pekerjaan Anda. Apakah dari interaksi ini Anda mendapat yang diharapkan tanpa pihak lain yang terlibat merasa dimanfaatkan, dan ada suatu kesinambungan dalam interkasi ini ? Jika jawabannya “Ya”, maka pada dasarnya Anda mempunyai keluwesan dalam bergaul. Tinggal Anda meningkatkan teknik-teknik interpersonal relation, sehingga Anda mendapatkan hasil yang lebih memuaskan.
Unsur-unsur yang diperlukan untuk berinteraksi secara efektif :
o Rasa percaya diri yang kuat
o Keluwesan dalam bergaul
o Mempunyai persepsi yang tepat terhadap keadaan, lingkungan dan individu yang terlibat dalam interaksi tersebut.
o Dapat menguasai situasi
o Mengetahui apa yang diharapkan dari interaksi tersebut
11. Komunikasi Produktif
Komunikasi produktif akan tercapai apabila masing-masing pihak yang terlibat memiliki rasa puas dalam arti menerima bentuk reaksi yang sebagaimana diharapkan. Sehingga menunjang kelangsungan komunikasi.
A. Mengapa sering terjadi suatu komunikasi yang tidak produktif
Hal ini sering terjadi karena cara atau gaya komunikasi yang disampaikan tidak tepat. Untuk dapat berkomunikasi secara produktif diperlukan penggunaan gaya yang tepat dan pada waktu yang tepat pula.
B. Apa itu gaya komunikasi
Sering kita mengatakan bahwa seseorang itu bicara kekanak-kanakan dan sebagainya. Itulkah yang dimaksud gaya komunikasi, bagaimana cara orang itu menyampaikan sesuatu, pilihan kata-katanya, nada suaranya dan sebagainya.
C. Ada tiga gaya komunikasi
1. Gaya orang tua
Nada suara keras, menghardik, atau menenangkan, membujuk, kata-kata yang dipergunakan memerintah aatau menyenangkan, seperti : seharusnya, jangan, sebaiknya, dsb. Sikap tubh : bertolak pingggang, mengangguk-anggukkan kepala, dsb. Ekspresi wajah : marah, jengkel, dsb.
2. Gaya orang dewasa
Nada suara tenang – datar. Kata-kata yang dipergunakan orang dewasa, yaitu : menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan : kapan, bagaimana, dsb. Sikap tubuh : rileks, pandangan mata langsung. Ekspresi wajah : tenang, terbuka, dan tidak mengekspresikan suatu perasaan..
3. Gaya anak-anak
Nada sura nyaring, merengek, manja, dsb. Kata-kata yang diupergunakan, seperti anak-anak : aduh, hebat, kata-kata seperti ‘ah’, ‘nih’, ‘sih’, dsb. Sikap tubuh malu, canggung menggigit kuku.
Komunikasi produktif terjadi apabila 2 orang individu berkomunikasi dengan gaya yang saling menunjang. Misalnya ;
A : Gaya orang tua – Gaya anak-anak
B : Gaya orang dewasa – Gaya orang dewasa
Selain itu juga harus melihat situasinya. Gaya orang tua mungkin sesuai dengan situasi A tetapi mungkin tidak sesuai dengan situasi B. oleh karena itu komunikasi produktif akan tercapai dengan penggunaan gaya yang tepat pada situasi yang tepat pula.
Komunikasi produktif dapat dipelajari dengan mengenal unsur-unsur dibawah ini ;
o Mengenal lawan bicara Anda dan gaya komunikasinya
o Mengenal situasi dan mengetahui gaya komunikasinya yang tepat untuk situasi tersebut serta untuk lawan bicara
o Memancing lawan bicara Anda untuk menggunakan suatu gaya komunikasi tertentu sesuai dengan gaya yang Anda harapkan
12. Penyesuaian Diri
Kepribadian dalam diri manusia turut menentukan cara-cara yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya. “Interaksi sosial” adalah dimana terjadinya suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki tingkah laku individu yang lain atau sebaliknya.
A. Ciri individu yang dapat menyesuaikan diri
§ Bersikap praktis dan realistis terhadap diri sendiri
§ Menyadari keinginan-keinginan, motif-motif dan gaya-gaya hidup pribadi
§ Memiliki harga diri
§ Merasa nyaman dan aman secara psikologis
§ Mampu memberi kasih sayang
§ Mampu menerima kasih sayang
§ Memiliki produktivitas
§ Mengetahui tingkatan-tingkatan stress pribadi
§ Dapat mendorng pengawasan lingkungan pribadinya daripada dengan pasrah
menerima keadaannya
§ Melancarkan suatu perubahan sewaktu seseorang menjadi resah
§ Lentur dalam tingkah laku
§ Mengetahui saat bilamana merasa cemas atau tidak
B. Ciri pribadi berperilaku abnormal
§ Berkelakuan secara berlebihan, seperti dalam hal minuman, bersifat cepat marah, mempunyai visi/pendapat yang terganggu (negative thinking)
§ Memiliki gangguan pikiran
§ Memiliki gangguan emosi, seperti apati (kelesuan), perasaan senang dan bahagia rohani dan jasmani secara berlebihan (euforia), ataupun depresi yang berkepanjangan.
Pribadi yang demikian akan menyadari bahwa tidak ada siapapun yang dapat memecahkan persoalannya. Proses penyesuaiannya adalah bersifat sangat pribadi (individual) dan sangan mendekati stress.
13. Membangun Citra Diri Positif
A. Mulai dari mencintai diri sendiri
Mencintai diri sendiri bukan berarti kita menjadi orang yang sombong dan takabur. Mencintai diri sendiri malah lebih cenderung kepada mensyukuri apa yang Allah berikan kepada diri kita. Dalam ilmu psikologi popular, mencintai diri sendiri adalah berarti kita memiliki citra diri yang positif.
B. Pentingnya citra diri yang positif
Jika kita memiliki citra diri yang positif, maka kita akan mengalami berbagai macam hal positif sesuai dengan apa yang yang kita pikirkan. Banyak ahli percaya bahwa orang yang memiliki citra positif adalah orang yang veruntung. Citra diri yang positif membuat mereka menikmati banyak hal yang menguntungkan, antara lain :
Membangun Percaya Diri
Citra diri yang positif secara alamiah akan membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu kunci sukses. Orang yang mempunyai citra diri positif tidak akan berlama-lama menangisi nasibnya yang sepertinya terlihat buruk. Citra diri yang positif mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang masih ia dapat lakukan. Ia akan fokus pada hal-hal yang masih bisa dilakukan, bukannya pada hal-hal yang sudah tiodak bisa dilakukan lagi. Dari sinilah, terdongkrak rasa percaya diri orang tersebut.
Meningkatkan daya juang
Dampak langsung dari citra diri yang positif adalah semngat juang yang tinggi. Orang yang memiliki citra diri yang positif percaya bahwa dirinnya jauh lebih berharga dri masalah yang dihadapinya dan jug dapat melihat bahwa hidupnya lebih indah dari segala krisis dan kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya. Segala daya upaya dijalani dengan tekun untuk mengalahkan masalah yang terjadi dan meraih kembali kesuksesan. Inilah daya juang yang tinggi muncul dari seseorang yang memiliki citra diri yang positif.
C. Manfaat citra diri yang positif
Seseorang yang memiliki citra diri yang positif akan mendapatkan berbagai manfaat, baik yang berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun untuk oranng-oranng disekitarnya. Manfaat-manfaat yang terasakan oleh individu yang memiliki citra diri positif dan lingkungannnya adalah :
Membawa perubahan positif
Orang yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat dia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik. Sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik.
Orang yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat dia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik. Sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik.
Mengubah krisis menjadi keberuntungan
Selain membawa perubahan positif, orang yang memiliki citra positif juga mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk meraih keberuntungan. Citra diri yang positif mendorong orang untuk menjadi pemenang dalam segala hal. Menurut orang-orang yang bercitra positif, kekalahan, kegagalan, kesulitan dan hambatan sifatnya hanya sementara. Fokus perhatian mereka tidak melulu tertuju kepada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut. Melainkan fokus mereka diarahkan pada jalan keluar.
Selain membawa perubahan positif, orang yang memiliki citra positif juga mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk meraih keberuntungan. Citra diri yang positif mendorong orang untuk menjadi pemenang dalam segala hal. Menurut orang-orang yang bercitra positif, kekalahan, kegagalan, kesulitan dan hambatan sifatnya hanya sementara. Fokus perhatian mereka tidak melulu tertuju kepada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut. Melainkan fokus mereka diarahkan pada jalan keluar.
14. Bagaimana Caranya Membangun Citra Diri Positif
Setelah kita menyadari pentingnya memiliki citra diri positif dan manfaat memiliki citra diri positif, tentunya kita juga ingin tahu bagaimana membangun citra diri yang positif. Berikut ini hal-hal yang harus dilakukan untuk membentuk citra diri yang positif :
a. Persiapan
Salah satu cara mebangun citra diri positif adalah melalui persiapan. Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih yakin akan kemampuan kita meraih sukses. Keyakinan ini merupakan modal dasar meraih keberuntungan.
b. Berpikir Unggul
Untuk membangun citra diri positif, kita harus berpikir unggul. Cara berpikir unggul seperti ini akan mendorong kita untuk senantiasa berusaha menghasilkan karya terbaik. Mereka tidak akan berhenti sebelum mereka dapat mempersembahkan sebuah mahakarya.
c. Belajar Berkelanjutan
Selain melalui persiapan yang tepat serta berpikir ungggul, citra diri positif juga bisa dibangun melalui komitmen pada pembelajaran berkelanjutan. Hasil belajar akan membawa perubahan positif dengan menambah nilai bagi orang yang berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun keterampilan baru, yang bisa dijadikannnya modal untuk maju meraih sukses.
Seringkali orang yang sudah berada di tingkat atas merasa tidak perlu lagi untuk belajar. Ia memandang remeh untuk belajar lagi, ia berpikir, “toh, Aku sudah sukses”. Tambahan, orang yang seperti ini lebih enggan lagi untuk belajar pada orang yang lebih rendah dari dirinya. Hasilnya, ketika ia dirundung masalah, keberhasilannyapun menurun. Orang yang lebuh rendah yang terus belajar akan menggantikannnya dan menangani masalah dengan lebih baik.
KESIMPULAN
Pengembangan Diri Guru dimulai dari pemahaman mengenai AKU/DIRIKU dan melalui Analisis Diri diketahui Siapa Saya menurut pikiran Saya. Setelah itu Pengembangan Diri memasuki tahap-tahap mengenai pribadi individu-individu yang kita sering temui dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan profesional kita. Citra guru haruslah melekat dalam kehidupan guru, kapanpun dan dimanapun, orang akan selalu mengenalnya sebagai guru.
Dengan mengenal pribadi-pribadi tersebut dan dengan dilengkapi oleh pengetahuan teknik-teknik Pengembangan Diri lainnya, seperti : rasa tanggung jawab, cara bergaul yang baik, berinteraksi secara efektif, serta berkomunikasi secara produktif. Diharapkan dengan pengetahuan-pengetahuan tersebut Anda aka lebih professional dan mapan dalam membina karir sebagai guru. Sehingga “Citra Diri Guru” akan mewarnai kehidupan guru, kapanpun da n dimanapun. Orang akan selalu mengenalnya sebagai guru dan ujungnya akan menaikkan citra pendidikan Indonesia kea rah yang diharapkan Bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Edwita. 1998. Citra Etika, Program Pelatihan “Professional Image” dalam kegiatan Organisasi Dharma Wanita.
Soedarsono, Soemarsono. 2002. Character Building : Membangun watak. Jakarta : PT. elex Media Komputindo
Verdiansyah, Chris (editor). 2007. Membongkar Buaya : Visi Indonesia 2030 dan Tantangan Menuju Raksasa Dunia. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara.
Wirawax. Manajemen Diri. @ 5:07 am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar